Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Guru-guru Dilatih Tanggap Bencana

Selasa, 16 November 2010 | 18:35 WIB
 
      MAGELANG, KOMPAS.com - Eka Tjipta Foundation bekerja sama dengan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta akan menggelar pelatihan tanggap darurat bencana bagi para guru di kawasan lereng Gunung Merapi. Ketua Umum Eka Tjipta Foundation (ETF) G. Sulistiyanto di Magelang, Selasa (16/11/2010), mengatakan konsentrasi ETF pada program ini adalah pemberian latihan tentang pentingnya tanggap bencana erupsi Merapi.
      "Pelatihan itu merupakan salah satu program rekonstruksi dan rehabilitasi pascabencana erupsi bagi para pengungsi," kata Sulistiyanto.
      Menurut dia, pelatihan akan diberikan oleh dengan mendatangkan instruktur dari Anwar Buchori, mantan karyawan Pemadam Kebakaran Kota New York, tentang pentingnya pengetahuan dan keterampilan bagaimana menghadapi bencana erupsi Merapi yang sewaktu-waktu terjadi. Selain mendapatkan pelatihan tersebut, para guru juga akan mendapatkan materi tentang metode penanganan psikologis dan mental siswa.
      "Kami akan memberikan bekal bagi guru-guru di pedesaan yang secara langsung dekat dengan anak-anak di sekitar Merapi," katanya.
      Ketua Tim Penanganan Bencana Merapi UII Yogjakarta, Asma’i Iskhak, mengatakan untuk melakukan proses pelatihan kepada guru-guru ini, ratusan relawan mahasiswa UII yang selama sepekan ini telah diterjunkan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Ia mencontohkan, untuk membangun MCK dan sarana pendidikan, UII akan menerjunkan relawan dari mahasiswa dan alumni Jurusan Teknik Sipil dan untuk program pemulihan kondisi psikologi akan menerjunkan relawan dari Jurusan Pendidikan Psikolgi dan Agama.

Analisa:
      Bencana datang kapan saja tanpa dapat diketahui. Memang ada teknologi yang membantu manusia untuk meramalkan tapi semuanya tentu kembali lagi kepada kehendak-Nya. Selesainya bencana membawa banyak dampak, baik positif atau negatif. Contohnya saja, bencana gunung Merapi. Setelah erupsi, tanah di sekitar daerah erupsi akan subur. Negatifnya adalah kerusakan di mana-mana, ternak mati, korban jiwa, hingga kehilangan tempat tinggal.
      Kegiatan untuk memberikan pelatihan-pelatihan dalam bentuk simulasi bencana juga penting supaya kita tahu apa yang harus dilakukan jikalau terjadi bencana. Sayangnya... kita lebih cenderung untuk memberikan hal yang demikian setelah terjadi bencana bukan sebelum adanya bencana. Penanganan juga bukan hanya dalam bentuk fisik saja namun yang paling penting adalah psikologis dari korban. Karena luka psikologis akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

4 komentar:

Agustina mengatakan...

ya,,,walaupun nasi sudah jadi bubur tapi dengan adanya pelatihan seperti ini bisa menjadi sedikit senjata bagi mereka kedepannya, walaupun pelatihan ini diberikan setelah bencana terjadi tapi tidak apalah dari pada tidak.

Noviaty mengatakan...

Pelatihan yang diberikan kayak gimana aja ya ? Terkadang saat bencana datang kita ga kepikiran lagi mau berbuat apa karena uda panik duluan... Entah mau selamatkan yang mana, karena semua penting....hehehe

desy^_^ mengatakan...

memang bagus dengan adanyan pelatihan tanggap bencana ini. tapi smua ini terjadi setelah adnya bencana bukan sblm terjadinya bencana.
jd tidak ad langkah antisipasi terlebih dahulu. ketika smua telah terjadi barulah melakukan hal ini dan itu. dan sepertinya hal ini sudah menjadi "kebiasaan" warga Indonesia. sungguh sangat d sayangkan sx ya..
jika smua nya d lakukan sebelum terjadinya bencana bukan kah akan lbh baik........

Ferry mengatakan...

bagus juga ne kayaknya, para guru dilatih untuk tanggap bencana.
psikologis manusia memang perlu diperhatikan, khususnya bagi orang-orang yang dekat dengan tempat eksekusi bencana :) dimana mereka perlu persiapan mental apabila hal yang tidak diinginkan terjadi pada mereka.

Posting Komentar